Semeru ohh Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa ini sudah lama menarik perhatian saya. Namun, baru kali ini saya diberi kesempatan untuk mengunjunginya. Gunung Semeru atau Sumeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT.
19 Juni 2012
Pagi buta saya sudah packing dan mempersiapkan segalanya untuk perjalanan panjang nanti. Kali ini, saya berangkat bersama 4 orang teman dari Depok dan berjanjian untuk ketemu di Stasiun Pasar Senen Jakarta, mereka adalah Bayu, Wenty, Robie, dan Didi. Kami berlima meretas asa menempuh perjalanan panjang menuju Malang. Pukul 12.30 saya sampai di Stasiun Senen setelah diantar oleh seorang teman dari rumah, bertemu tim dari Depok yang telah tiba lebih dahulu. Lalu, kami semua masuk ke dalam gerbong kereta dan mencari tempat duduk. Pukul 14.00 kereta pun berangkat, kali ini kami naik kereta api ekonomi Matarmaja jurusan Jakarta - Malang.
Saya pikir perjalanan dalam kereta akan sangat membosankan, akan tetapi saya merasa sebaliknya. Orang-orang satu deret tempat duduk saling berbagi cerita dan pengalaman, sehingga perjalanan selama hampir 18 jam tidak terasa membosankan. Hingga akhirnya angkuh suara roda besi kereta terhenti, saya dan teman-teman sampai di Kota Malang.
Kereta ini seperti jendela kita untuk melihat Indonesia yang sebenarnya, ada persinggungan sosial, budaya, ekonomi dan bahkan politik didalamnya, meretas batas, benar-benar sama rata sama rasa (Wenty)
Tercatat pukul 09.30 kami tiba di stasiun Malang Baru. Di sana kami bertemu seorang anak muda yang mengaku bernama Sa'ad. Ia berangkat dari Solo sendirian, dan pada akhirnya ia bergabung menjadi salah satu bagian dari kami.
Kemudian perjalanan di lanjutkan menuju daerah Tumpang dengan mencarter sebuah angkot. Sudah tak sabar rasanya di hati ingin melihat kemegahan Gunung Semeru dari dekat lagi. Sampai di daerah Tumpang pukul 11.30, lalu kami menuju puskesmas untuk memeriksa kesehatan. Sebab surat keterangan sehat merupakan syarat penting dalam memperoleh izin mendaki Gunung Semeru. Di Tumpang kami juga makan siang dan berbelanja logistik tambahan. Kami menuju desa terakhir yaitu Ranu Pani dengan menggunakan truk sayur yang kebetulan ingin menuju ke Ranu Pani juga membawa logistik untuk syuting film 5cm The Movie.
Dua jam perjalanan di truk sayur dengam kontur jalan yang berbatu akhirnya kami sampai di Desa Ranu Pani (2200mdpl). Sampai di sana banyak sekali penduduk desa yang menjadi porter untuk membawa peralatan syuting film 5cm. Selayaknya pendakian pada gunung lain, kami mengurus izin (simaksi) di Pos Informasi Ranu Pani. Setelah perizinan selesai, kami menuju pondokan pendaki yang disediakan oleh pihak Taman Nasional secara cuma-cuma. Di Pondokan tersebut kami mulai membongkar dan packing ulang barang bawaan.
Di Pondokan |
Senja mulai menghampiri, kami menyempatkan diri berjalan-jalan menuju 2 danau di desa tersebut, Ranu Pani (1 Ha) dan Ranu Regulo (0,75 Ha). Hari mulai gelap dan dingin pun mulai menyelimuti, kami memutuskan untuk kembali menuju pondokan tadi. Di dalam pondokan kami mulai membicarakan perjalanan esok hari, dan disepakati bahwa kami akan berangkat pagi-pagi sekali.
Ranu pani |
Ranu Regulo |
21 Juni 2012
Pukul 03.00 kami semua terbangun dari tidur nyenyak malam itu. Kami mulai memasak dan packing ulang agar barang-barang sudah terbawa lengkap dan tidak ada yg tertinggal. Setelah masakan jadi kami semua sarapan untuk mengisi perut yang kosong sedari malam. Kemudian setelah makan, acara selanjutnya adalah menuju toilet dan menunaikan solat subuh di mushola.
Pukul 05.45 diawali dengan doa dan niat yang luhur, kami mulai melangkahkan kaki dengan penuh semangat. Trek awal menurun dengan kondisi jalan beraspal hingga bertemu plang "selamat mendaki", dari sana kita mulai memasuki kondisi trek tanah yang berdebu. Kemudian trek menanjak menyambut kami sebagai pemanasan pagi itu. Pos 1 (2300mdpl), di sana kami berhenti sejenak sambil menghela nafas yang hampir habis. Di pos ini kami di berikan pemandangan atraksi alam yang mengagumkan, monyet-monyet ekor panjang bercanda dan bergelantungan seakan menyambut kedatangan kami.
Sekitar 5 menit kami beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. Trek memang relatif landai, namun jarak tempuh yang panjang serta berdebu membuat kami kewalahan juga menghadapinya. Pukul 07.35 kami tiba di Pos 2 (2335mdpl). Terasa panjang dan jauh sekali trek yang kami lewati, melipir dan menyisir lereng-lereng perbukitan hingga kami dihadapkan oleh batu terjal yang indah yang bernama Watu Rejeng. Kami tiba di Pos 3 (2423mdpl) pukul 08.35. Pos 3 kondisi shelternya telah ambruk. Kami beristirahat sebentar di Pos ini. Jalur yang kian berdebu dan panas makin terasa melelahkan, namun keindahan yang disuguhkan sangatlah luar biasa sehingga bisa menjadi obat penawar rasa lelah.
Kami lanjut berjalan lagi menaiki sebuah tanjakan yang berdebu dan lumayan curam. Tanjakan yang tidak lah jauh, namun lumayan menguras tenaga. Dari atas tanjakan itulah terlihat Pegunungan Iyang Timur dengan Argopuro-nya yang berselimut awan putih membentang di timur. Luar biasa, keindahan itu tidak bisa terucap oleh kata-kata.
Sekitar 5 menit kami beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. Trek memang relatif landai, namun jarak tempuh yang panjang serta berdebu membuat kami kewalahan juga menghadapinya. Pukul 07.35 kami tiba di Pos 2 (2335mdpl). Terasa panjang dan jauh sekali trek yang kami lewati, melipir dan menyisir lereng-lereng perbukitan hingga kami dihadapkan oleh batu terjal yang indah yang bernama Watu Rejeng. Kami tiba di Pos 3 (2423mdpl) pukul 08.35. Pos 3 kondisi shelternya telah ambruk. Kami beristirahat sebentar di Pos ini. Jalur yang kian berdebu dan panas makin terasa melelahkan, namun keindahan yang disuguhkan sangatlah luar biasa sehingga bisa menjadi obat penawar rasa lelah.
"Disaat batas kemampuan fisik seseorang telah terlampaui, yakinlah pasti ada sesuatu hal yang dapat membangkitkannya kembali"
Pos 1 |
Pos 2 |
Pos 3 |
Trek mulai datar dan menurun hingga Pos 4 yang telah tiada karena longsor. Kemudian di kejauhan nampak sebuah cekungan yang berair, ternyata itulah Ranu Kumbolo yang biasanya saya hanya melihatnya di Internet. Kami semua semakin bersemangat saja untuk terus melangkahkan kaki, hingga akhirnya sampai di Pos 5 (2443mdpl). Pos ini berada persis diatas Danau Ranu Kumbolo.
Pukul 10.15 akhirnya kami tiba di Ranu Kumbolo (2400mdpl). Tempat ini ramai sekali sebab sedang berlangsung syuting 5cm The Movie.
"Sejenak aku terdiam terpaku, diantara langit yang membiru dan nafas yang memburu, aku melihat kebesaran Mu" (Januar Arifin - Ranu Kumbolo)
Di Ranu Kumbolo |
Saya kurang mengetahui apakah benar atau tidak mitos tanjakan cinta, yang jelas jika tidak menengok ke belakang maka kita melewatkan pemandangan indah di belakang kita, jika kita tidak berhenti pasti akan melelahkan sekali
Di ujung Tanjakan Cinta kita disuguhkan pemandangan Oro-oro ombo yang luas dengan kombinasi Gunung Kelopo di belakangnya. Kami turun melewati pasang rumput seluas 100Ha dengan Tanaman Lavender di tengah-tengahnya.
Kemudian kami tiba di batas vegetasi, dari padang savana menjadi hutan cemara. Tempat itu dinamakan Cemoro Kandang. Di sana kami berhenti untuk sekedar berfoto, beriatirahat dan berteduh dari teriknya sang mentari.
"Ku bahagia merasakannya, andaikan aku bisa di sini selamanya tuk menikmatinya" (Bip)
Trek kembali agak menanjak, walau tidak menanjak tajam tapi sangat menguras tenaga. Tanjakan di Cemoro Kandang perlahan namun pasti, landai tapi berisi. Sesekali langkah terhenti karena semakin melemahnya fisik kami. Setelah beberapa lama melipir dan melewati punggungan Gunung Kelopo, akhirnya pukul 14.25 kami tiba di Blok Jambangan (3200mdpl).
Dari Blok Jambangan menuju Kalimati trek kembali menurun. Saat itu kondisi langit mulai gelap dan turun hujan. Hujan membawa berkah (Pengalaman Merapi), sebab hujan dapat membuat pasir agak sedikit merekat satu sama lain sehingga jalur pasir menuju puncak dapat dipijak dengan baik. Akan tetapi hujan saat itu hanya beberapa menit saja, tapi cukup lah untuk menyegarkan kembali kondisi yang sudah lemah ini.
Pukul 14.50 sampailah kami di Blok Kalimati (2700mdpl). Di sana kami mendapatkan ruangan di Pos Kalimati sehingga tidak perlu repot-repot untuk membuka tenda lagi. Bila kita melihat ke arah timur Kalimati, nampak seperti Alun-alun Suryakencana di negeri Pasundan sana.
Di bangunan hijau itu kami mendapat satu ruangan untuk istirahat |
Jum'at 22 Juni 2012
Pukul 00.00 kami semua keluar dan melakukan pemanasan. Setelah berdoa memohon keselamatan pada yang Maha Kuasa, kami mulai melangkahkan kaki dikesunyian dan dinginnya angin malam. Berjalan ke arah timur dari Kalimati dengan medan menurun lalu berbelok ke kanan arah selatan. Dari sana trek mulai menanjak dan berdebu. Tepat pukul 01.00 kami tiba di Arcopodo. Hawa-hawa yang berbeda sangat terasa di tempat ini, ditambah banyaknya in memoriam (batu nisan) menambah kesan yang menyeramkan malam itu.
Kami melanjutkan perjalanan melewati batas vegetasi yang dikenal dengan nama Kelik, disana yang terlihat hanyalah hamparan pasir yang menjulang tinggi. Langkah kaki mulai terasa berat sebab pasir yang kita pijak selalu saja turun lagi, maju 1 langkah turun 2 langkah. Setiap langkah seakan sia-sia naik lalu turun kebawah lagi. Saya melangkah dengan teknik menancapkan ujung sepatu ke pasir, saya rasa teknik tersebut benar-benar ampuh untuk menjaga agar tidak terperosok ke bawah lagi.
Langkah saya mulai gontai, stamina mulai habis membuat saya hampir saja putus asa melewati trek pasir ini. Namun, dalam kelemahan ini, saya teringat akan orang-orang yang selalu mendoakan setiap jengkal langkah kaki ini membuat saya kembali bersemangat dan terus berjalan. Dalam hati selalu terngiang lagu Dewa 19 yang berbunyi "Menatap jalan setapak, Bertanya-tanya sampai kapankah berakhir".
"yakinlah niat yang luhur dapat mengalahkan segalanya, bahkan trek pasir yang sulit dipijak ini" (Januar Arifin - Lereng Semeru)
Akhirnya setelah 5 jam bertarung dengan trek pasir di lereng Mahameru, kami semua sampai di Puncak Mahameru, Puncak Tertinggi di Pulau Jawa (Puncak Abadi Para Dewa). Syukur Alhamdulliah kami semua selamat sampai di Puncak Mahameru, tak henti-hentinya kami berucap syukur.
Pagi itu tercatat pukul 06.30 kami memasuki kawasan Puncak Mahameru. Indah sekali cuaca pun sangat cerah, terlihat sesekali kawah Jongring Saloko mengeluarkan asap wedhus gembelnya. Subhanallah indah sekali ciptaan-Mu ya Allah. Di sebelah timur nampak Pegunungan Iyang Timur dengan Argopuro-nya, di sebelah barat terlihat dengan gagah Gunung Arjuna Welirang berdiri.
Sturggle together, stand as brother |
Pukul 07.30 kami meninggalkan puncak Mahameru menuruni trek pasir yang terjal dan berdebu. Jika kita turun dari puncak, perhatikan betul-betul titik dimana kita memasuki kawasan puncak, maka dari sana pula kita turun. Posisi jalur turun agak serong kiri sedikit, jangan mengambil terlalu kanan. Sebab kebanyakan orang yang tersesat di Semeru adalah pada waktu turun dari Puncak Mahameru. Dahulu saat Cemoro Tunggal masih berdiri bisa dijadikan patokan saat turun, namun saat ini Cemoro Tunggal sudah tumbang, jadi harap berhati-hati saat turun dari puncak Mahameru.
Dalam perjalanan turun kami disuguhkan pemandangan yang sangat luar biasa, sehingga kami banyak berhenti untuk sekedar mengabadikan lukisan indah alam ini. Pukul 10.00 kami sudah tiba di Kalimati lagi. Kami semua mulai main masak-masakan lagi untuk mengisi perut yang sudah kosong ini.
Pukul 14.20 kami bergegas meninggalkan Kalimati untuk menuju Ranu Kumbolo. Siang ini perjalanan terasa begitu panas menyengat di kepala ditambah jalur yang berdebu membuat semakin berat saja pernafasan ini. Beberapa rombongan pendaki yang ingin naik kami temui. Seperti biasa saling sapa sesama pendaki merupakan hal yang sangat luar biasa. Pernahkah peristiwa tegur sapa terjadi di kota?? hanya di gunung adanya dan itulah kehangatan yang ada di gunung.
Kami sampai di Ranu Kumbolo sore hari pukul 17.10. Kami langsung mendirikan tenda dan acara masak-masakan dimulai lagi. Makan malam, lalu semua teman-teman beristirahat di dalam tenda kecuali saya. Masih ingin menikmati dinginnya Ranu Kumbolo dan bintang yang bertaburan, saya memilih duduk-duduk di luar dahulu dari pada tidur. Dalam hati bicara "tidur mah di rumah, sekarang nikmatin aja dulu keindahan yang ada".
Malam itu saya bertamu ke tenda sebelah, teman yang berasal dari Lumajang itu menyambut dengan minuman-minuman hangat di tendanya. Kami berdua berbincang-bincang hingga larut malam. Dingin semakin menusuk tulang, saya kembali ke tenda untuk merebahkan badan. Di dalam tenda tidak bisa tidur karena kaki tiba-tiba kram. Kebetulan Saad terbangun dari mimpi indahnya, akhirnya kami berdua mengobrol sambil masak air untuk membuat kopi.
Tak terasa pagi pun tiba, sunrise dari celah-celah bukit di Ranu Kumbolo adalah hal yang sangat kami nantikan. Dahulu hanya melihat foto-foto di Internet, kali ini saya menyaksikannya secara langsung.
Dikit lagi muncul :D |
Semua pendaki yang ada di Ranu Kumbolo keluar tenda dan menyaksikan momen sunrise itu. Bulan juni memang posisi matahari tidak tepat berada di celah-celah bukit, namun tak mengurangi keindahannya.
Setelah kami puas menyaksikan sunrise, kami semua masak pagi ini. Seperti biasa utamakan sarapan. Pukul 09.30 kami semua packing dan bersiap meninggalkan Ranu Kumbolo. Tepat pukul 10.00 kami meninggalkan Ranu Kumbolo menuju desa Ranu Pani. Kami berjalan agak sedikit cepat, sebab Jeep yang kami sewa mungkin telah menunggu lama.
Akhirnya tepat pukul 13.00 kami semua tiba di desa Ranu Pani. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar dan baik-baik saja. Langsung menuju pos untuk laporan dan pesan bakso malang. Dua mangkuk bakso lahap dimakan kami, entah lapar atau doyan.
Setelah makan bakso kami menaikan barang ke Jeep. Kami pun langsung meninggalkan Ranu Pani menuju Tumpang. Sepanjang perjalanan menuju Tumpang kami disuguhkan pemandangan yang sangat indah. Sempat kami berhenti ditengah perjalanan untuk sekedar berfoto ria. Pukul 14.25 kami tiba di Tumpang tepatnya kediaman Pak Laman (pemilik truk sayur dan Jeep). Sore itu akhirnya diputuskan kami menginap satu malam di kediaman Pak Laman.
Sebelumnya, saya dan Bayu berangkat menggunakan kuda besi Pak Laman menuju kota Malang untuk mencari tiket kereta, namun tiada hasil. Sempat kami kebingungan dengan masalah tiket pulang. Hari berganti, kami semua terbangun oleh udara dingin Tumpang. Setelah sarapan, kami meninggalkan Tumpang menuju kota Malang. Pagi itu kami ke stasiun berniat mencari calo, namun tiket kereta sudah ludes terjual. Apa daya kami langsung naik angkot menuju terminal Arjosari Malang untuk mencari tiket bus. Alhamdulillah masih ada bus yang kosong jurusan Jakarta, walau sedikit mahal tapi tidak lah masalah yang penting bisa sampai Jakarta.
Perjalanan panjang menuju Jakarta selama 28 jam. Bus mengalami masalah beberapa kali sehingga terlambat sampai Jakarta. Tanggal 26 Juni 2012 pukul 18.10 kami tiba di Terminal Pulogadung Jakarta. Wenty, Robie, dan Didi langsung menuju Depok, sedangkan saya dan Bayu menuju Pasar Rebo. Saya dan Bayu berpisah di Pasar Rebo. Tercatat Pukul 21.00 saya sampai di rumah tercinta. Alhamdulillah. . . Sampai jumpa di perjalanan-perjalanan lainnya. Salam Lestari. .
Catatan :
- Perizinan Semeru memerlukan surat keterangan sehat dari dokter, sebaiknya persiapkan dari rumah agar tidak repot mengurusnya di Tumpang,
- Sebaiknya membawa logistik yang lebih sebab anda akan merasa betah menikmati keindahan Semeru,
- Jika menuju puncak sebaiknya membawa logistik agak sedikit lebih, karena daerah Kalimati-Arcopodo-Puncak merupakan daerah dengan dukungan survival yang minim,
- Jangan mengambil air di mata air Sumbermani Kalimati terlalu sore karena binatang-binatang biasanya berkumpul di sana sore hari, termasuk Macan Tutul dan Macan Kumbang.
- Di mana kita memasuki kawasan puncak maka dari sana kita akan turun lagi. perhatikan dengan benar jangan sampai salah, jika salah fatal akibatnya bisa memasuki Semeru Death Zone (Blank 75),
- Bulan Juni-September merupakan bulan terbaik mendaki Semeru.
Jarak Pendakian:
- Ranu Pani - Watu Rejeng = 5km = 120 menit
- Watu Rejeng - Ranu Kumbolo = 5km = 120 menit
- Ranu Kumbolo - Kalimati = 5km = 180 menit
- Kalimati - Arcopodo = 1,5km = 120 menit
- Arcopodo - Puncak Mahameru = 1,5km = 4-5 jam
Thanks to:
- Allah S.W.T,
- Teman-teman seperjalanan ( Wenty, Bayu, Didi, Robie dan Saad)
- Pak Laman atas pinjaman motor dan tumpangan di rumahnya (081334950454)
- Pak Imam atas angkotnya (087859271166)
- Bang Budi Kompak atas Bogaboo100-nya,
- Terima kasih yang terakhir untuk Semeru atas sambutan-Mu yang begitu luar biasa.
Gallery Foto:
Januar (saya) |
Robie |
Bayu |
Saad |
Didi |
Wenty |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar